https://jurnal.ut.ac.id/index.php/humaya_fhisip/issue/feedJurnal Humaya: Jurnal Hukum, Humaniora, Masyarakat, dan Budaya2023-12-15T00:00:00+07:00Widyasariwiwid@ecampus.ut.ac.idOpen Journal Systems<div> <p style="text-align: justify;"><strong>Jurnal Humaya: Jurnal Hukum, Humaniora, Masyarakat, dan Budaya </strong><span data-contrast="auto">is a national journal facilitating lecturers, researchers, and practitioners to publish research findings in the form of scientific articles in the field of law, humanities, society, and culture. This journal has been published and managed by the Department of Social Sciences, Law, and Humanities, Faculty of Law, Social, and Political Sciences, Universitas Terbuka as of 2021. It is issued twice a year, in June and December.</span><span data-ccp-props="{"201341983":0,"335551550":6,"335551620":6,"335559740":360}"> <br /><strong>ISSN : <a href="https://issn.brin.go.id/terbit/detail/20210729542164326" target="_blank" rel="noopener">2798-950X </a>(Online)</strong><br /><strong>ISSN : <a href="https://issn.brin.go.id/terbit/detail/20210730140910841" target="_blank" rel="noopener">2798-9518</a> (Printed)</strong><br /></span></p> </div>https://jurnal.ut.ac.id/index.php/humaya_fhisip/article/view/6276The Performance of Wayang Orang Sriwedari Surakarta: A Cultural Preservation2023-11-29T09:41:40+07:00Tira Nur Fitriatiranurfitria@gmail.com<p>Indonesia is home to a rich cultural heritage, one of which is the art of Wayang Orang in Solo. However, currently, it is facing economic challenges and requires ongoing efforts for preservation. This study investigates the performance of <em>Wayang Orang </em>Sriwedari (WOS) as cultural preservation for tourism in Solo. It is descriptive qualitative. The analysis showed that Surakarta (City of Solo) is a cultural tourism destination with a diverse range of cultures. WOS is one of Solo’s traditional performances. With the tourism slogan “Solo the Spirit of Java”, Surakartais hoped to become a center for the preservation and development of Javanese culture. The art of WOS still survives and holds regular performances during the development of modern art. July 10, 2022, became an important moment for the WOS community for its 112<sup>th</sup> anniversary. For more than a century, Javanese art and culture associations were able to survive and defend themselves, both in form, content, and management pattern. This art has philosophical, artistic, and moral values and entertainment. WOS is an alternative tourist attraction that can be enjoyed by domestic and foreign tourists. In the development of tourism, some steps for revitalization and preservation by the Surakarta City Government. Hopefully, the beauty and charm of the Sriwedari people’s wayang will continue to shine, enlighten hearts, and preserve Indonesia’s cultural heritage for generations to come.</p>2023-12-15T00:00:00+07:00Copyright (c) 2023 Tira Nur Fitriahttps://jurnal.ut.ac.id/index.php/humaya_fhisip/article/view/5291Menyoal Asas Equality Before the Law dalam Realitas Peradilan di Indonesia melalui Perspektif Hukum Islam2023-07-04T08:32:36+07:00M. Ainun Najibmhainunnajibb@gmail.com<p>Asas <em>equality before the law </em>sudah menjadi acuan utama dalam peradilan di Indonesia. Asas tersebut dipandang dapat menjaga keadilan tetap terpenuhi dalam proses peradilan antara si kaya dan si miskin, penguasa dan yang bukan. Namun dengan realitas bahwa Indonesia belum sempurna dalam instrumen penegakan hukumnya, maka asas ini tidak lagi menjadi gambaran dari keadilan, melainkan menjadi wajah baru dari penindasan. Kajian ini menggunakan metode normatif yang berfokus pada pasal-pasal dan pendapat-pendapat para ahli, kemudian dikaji menggunakan pendekatan <em>sociological jurisprudence </em>untuk mendeskripsikan kesenjangan antara <em>law in books </em>dengan <em>law in action</em><em>. </em>Terakhir, kajian ini juga menggunakan studi komparatif untuk menemukan jalan keluar penyelesaian kesenjangan tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa realitas penerapan asas <em>equality before the law </em>di Indonesia masih jauh dari kata ideal. Jalan keluarnya adalah dengan memperbaiki instrumen penegakan hukum di Indonesia, atau mengadakan pembaharuan dalam kriteria pengangkatan Hakim sebagaimana yang diterapkan dalam <em>wilāyah al-ma</em><em>ẓalim.</em></p>2023-12-15T00:00:00+07:00Copyright (c) 2023 M. Ainun Najib Qosimhttps://jurnal.ut.ac.id/index.php/humaya_fhisip/article/view/4338Analisis Pergeseran Bentuk dan Makna dari Bahasa Inggris ke Indonesia dalam Lirik Lagu Zain Bikha2023-05-28T13:29:41+07:00Nurul Khoirinikhoirini.nurul@gmail.comAyu Bandu Retnomurtiayubandu@gmail.com<p>Dalam menerjemahkan akan terjadi penambahan atau pengurangan (berupa kata, tanda baca), sehingga hasil terjemahan tidak bisa sama persis dengan bahasa sumber. Hal ini disebabkan adanya perbedaan struktur dan aturan dari masing-masing bahasa, maka aturan dari satu bahasa belum tentu berlaku juga untuk bahasa lain sehingga terjadi pergeseran baik bentuk maupun makna. Tujuannya adalah untuk menjelaskan pergeseran bentuk dan makna yang terdapat pada lirik lagu Zain Bikha pada album <em>The Passing Traveler</em> dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia dan untuk menjelaskan jenis-jenis pergeseran bentuk dan makna yang terdapat pada lagu tersebut. Metode penelitian ini adalah kualitatif deskriptif berdasarkan pendekatan komparatif dalam membandingkan hasil terjemahan peneliti dengan teks bahasa sumber yang ditemukan. Hasilnya adalah terjadi pergeseran bentuk dan makna pada lagu Zain Bikha, pergeseran bentuk lebih dominan dari pada makna. Temuan menunjukkan bahwa 31 data mengalami pergeseran: 28 data mengalami pergeseran bentuk seperti pergeseran tataran, struktural, kelas kata, unit, serta intra-sistem, dan 3 data lainnya mengalami pergeseran makna seperti pergeseran makna spesifik ke generik atau sebaliknya dan dari sudut pandang budaya. Penelitian ini penting karena dapat membantu peneliti untuk mendeskripsikan jenis-jenis pergeseran yang ditemukan dalam lirik lagu tersebut berdasarkan teori Catford.</p>2023-12-15T00:00:00+07:00Copyright (c) 2023 Nurul Khoirini, Ayu Bandu Retnomurtihttps://jurnal.ut.ac.id/index.php/humaya_fhisip/article/view/6236Fenomena Centang Biru Instagram: Analisis Masyarakat Konsumsi dalam Perspektif Simulakra Jean Baudrillard2023-12-01T15:07:13+07:00Andri Yantoandri.fhubb.progresif@gmail.comFaidatul Hikmahfaidatulhikmahfhubbprogresif@gmail.com<p>Penelitian ini menelisik fenomena “centang biru” di <em>Instagram</em> dari perspektif simulakra yang dikemukakan oleh filsuf Perancis Jean Baudrillard. Fenomena centang biru menandakan keaslian sebuah akun dan telah menciptakan dampak yang signifikan dalam masyarakat konsumen saat ini. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif melalui wawancara mendalam dengan beberapa pengguna <em>Instagram</em> yang memiliki akun centang biru, serta analisis konten dan interaksi dalam platform. Wawancara mendalam memberikan kesempatan kepada partisipan untuk mendiskusikan secara terbuka persepsi mereka tentang fenomena centang biru, alasan menginginkannya, dan bagaimana hal tersebut berkaitan dengan citra dan status sosial mereka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fenomena centang biru di <em>Instagram</em> merefleksikan bagaimana masyarakat konsumen terlibat dalam proses simulakra. Para partisipan menyatakan bahwa mereka menganggap centang biru sebagai simbol prestise dan status sosial di dunia maya. Banyak dari mereka yang mengasosiasikan kesuksesan dan popularitas melalui centang biru, meskipun pada awalnya tujuan utama dari fitur ini adalah untuk memverifikasi keaslian akun publik. Penelitian ini juga menemukan bahwa fenomena centang biru berkaitan dengan presentasi diri di media sosial. Para partisipan menyatakan bahwa mereka cenderung memanipulasi citra mereka untuk menciptakan representasi diri yang diinginkan di depan para pengikut dan audiens mereka. Penelitian ini menyimpulkan bahwa fenomena centang biru di <em>Instagram</em> mencerminkan kecenderungan masyarakat konsumen yang lebih mengutamakan representasi dan citra diri ketimbang realitas. Penelitian ini memberikan wawasan yang mendalam dan pemahaman yang lebih komprehensif mengenai persepsi dan pengalaman individu terkait fenomena sosial di era media sosial yang semakin dominan.</p>2023-12-15T00:00:00+07:00Copyright (c) 2023 Andri Yanto, Faidatul Hikmahhttps://jurnal.ut.ac.id/index.php/humaya_fhisip/article/view/5924Perbandingan Tindak Pidana Korupsi di Brazil dengan di Indonesia2023-12-02T09:42:42+07:00Fani Agista Heryanifaniagistaheryani@gmail.com<p>Korupsi merupakan suatu tindakan yang merugikan negara, dan permasalahan korupsi marak terjadi di berbagai belahan dunia sehingga setiap negara perlu bekerja sama untuk melawan korupsi. Korupsi juga terjadi Indonesia dan Brazil. Di kedua negara tersebut marak terjadinya korupsi yang melibatkan para pejabat pemerintah, korupsi pada sektor swasta, dan bahkan masyarakat umum. Namun dikarenakan kondisi Indonesia dan Brazil berbeda, maka terkait pengaturan tindak pidana korupsi di kedua negara tersebut pun pasti berbeda. Terkait perbedaan pengaturan tersebut maka dapat diperbandingkan dan menjadi salah satu solusi atas maraknya tindak pidana korupsi di berbagai negara yakni dengan mengadopsi penanganan korupsi di negara lain apabila sesuai kebutuhan negara tersebut, yang dalam penelitian ini dilakukan melalui perbandingan penanganan korupsi di negara Brazil dan Indonesia. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode normatif dengan pendekatan perbandingan dan pendekatan undang-undang. Setelah membandingkan kedua negara dapat terlihat bahwa sanksi di Indonesia lebih keras di bandingkan Brazil, namun Brazil memiliki sanksi yang secara sosial dapat membuat pelaku jera, dan untuk lembaga penegak hukum kedua negara memiliki kemiripan, namun juga terdapat perbedaan lembaga peradilan pengawas keuangan di Brazil yang dapat disejajarkan dengan BPK, namun BPK bukanlah lembaga penegak hukum korupsi. Terkait sistem peradilan kedua negara tersebut juga memiliki kemiripan, namun pelaksanaan sistem <em>plea bargaining</em> yang di Indonesia harus ada izin hakim dan pelaku harus membayar kerugian atas perbuatannya sedangkan di Brazil tidak. Tidak ada yang lebih unggul dari kedua negara tetapi justru mereka dapat saling mencontoh seperti Brazil dapat menerapkan sanksi yang lebih tinggi, sedangkan Indonesia dapat mengadopsi sanksi yang dilakukan oleh Brazil agar pelaku tindak pidana korporasi jera.</p>2023-12-15T00:00:00+07:00Copyright (c) 2023 Fani Agista Heryanihttps://jurnal.ut.ac.id/index.php/humaya_fhisip/article/view/4289Membandingkan Amanat Puisi “My Mistress’ Eyes Are Nothing Like the Sun” Berbentuk Terjemahan dan Aslinya: Menggunakan Metode Penerjemahan Setia-Idiomatis2023-06-15T14:20:11+07:00Rizka Ekasari Putrikarizkaputri@gmail.com<p>Salah satu jenis puisi yang sering ditemui adalah puisi ber<em>genre</em> <em>romance</em> yang terkadang memuat amanat berisi pesan sosial seperti pada puisi berjudul <em>“My Mistress’ Eyes Are Nothing Like the Sun”</em>. Untuk mengetahui hal tersebut maka dibutuhkan adanya sebuah proses penerjemahan terhadap puisi dengan tujuan utamanya membandingkan unsur amanat pada TSu dan TSa. Dalam menerjemahkan puisi tentu saja seorang penerjemah harus dapat menyampaikan kembali isi dan makna puisi dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran. Penelitian ini bertujuan untuk membuat terjemahan yang mempertahankan nuansa idiomatis puisi. Penerjemahan dilakukan dengan menerapkan metode penerjemahan Setia-Idiomatis dan beberapa prosedur penerjemahan. Setelah melakukan penerjemahan dan perbandingan maka hal yang selanjutnya dilakukan adalah penarikan kesimpulan terkait kesesuaian dan ketidaksesuaian amanat puisi dalam TSu maupun TSa. Dengan melakukan penerjemahan terhadap puisi tersebut maka akan ditemukan juga beberapa hal terkait kendala yang terjadi pada proses penerjemahan sehingga menyebabkan adanya ketidaksesuain. Selain itu menerjemahkan puisi juga dapat menambah kepahaman terhadap penerapan metode, prosedur, dan teknik penerjemahan.</p>2023-12-15T00:00:00+07:00Copyright (c) 2023 Rizka Ekasari Putrihttps://jurnal.ut.ac.id/index.php/humaya_fhisip/article/view/5354Geruzz Courier's Social Contribution as an Online Courier, East Lombok District2023-12-01T10:55:45+07:00Nhan Cantik Anindhita Sekarsariraditya.adlan@gmail.comIchmi Yani Arinda Rohmahichmi.yani.arinda.rh@gmail.com<p>In the digital era, there is rapid growth in online shopping activities. Buyers can easily transact with merchants located in various locations around the world. Furthermore, the transacted goods will be sent via online courier service. In the process of distributing goods, online couriers function as a means of communication between sellers and buyers in doing something transaction ordered goods through online courier. Online couriers make it very easy for public in do booking items that will be ordered by the same consumer. This paper aims to examine the social capital and instrumental motivation of online couriers in East Lombok Regency. A type of literature study known as qualitative research was used in this research. According to the research findings, online couriers contribute to employment, create many job opportunities, alternative activity to fill free time, economic independenceand, encourage social change through conflict. Online couriers create new, fairer competition and influence existing social structures to create a fairer and more inclusive system. The increase in online couriers and public recognition of this application encourages social commitment to the presence of online delivery.</p>2023-12-15T00:00:00+07:00Copyright (c) 2023 Nhan Cantik Anindhita Sekarsari, Ichmi Yani Arinda Rohmahhttps://jurnal.ut.ac.id/index.php/humaya_fhisip/article/view/6625Social Conflict Among Religious Groups in the Perspective of Sociology of Religion2023-12-02T13:56:34+07:00Komang Ariyantokomangariyanto998@gmail.com<p>Social conflicts between religious communities are a social and cultural issue that still needs to be addressed. They pose a challenging phenomenon within society, creating tension and fractures between individuals and groups with different beliefs. These tensions often pose a threat to the harmony and cohesion among religious communities in Indonesia. Therefore, this study aims to examine the phenomenon of social conflicts among religious communities from the perspective of sociology of religion. Employing a qualitative method with a literature study approach, it explores social conflicts among religious communities from the viewpoint of sociology of religion. The research findings indicated that interfaith dialogue is recognized as an evolving effort to foster associational and social interactions among religious believers. The significant role of the sociology of religion lies in its integral part in the continuous social process, shaping tolerance among religious followers.</p>2023-12-15T00:00:00+07:00Copyright (c) 2023 Komang Ariyanto