PERAN SERTA MASYARAKAT PEMANFAAT PESISIR DALAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR TELUK AMBON DALAM
Keywords: community participation, management process, peran serta, proses pengelolaan, SWOT
Abstract
Inner Ambon Bay (TAD) is a coastal region where there are a variety of beneficiary activities such as fisheries, industry, ports, and market. Complexity of activities are forcing the degradation and pollution of coastal. The study was conducted to analyze the level of public participation interest towards the utilization of coastal activities and the factors that differentiate the level of community participation so that the concept of utilizing coastal community participation model in coastal area management is known. These conditions encourage the need for community participation in coastal area management. The population is the people who live in the areas that utilize coastal TAD regularly for any activity or business. The samples are individuals who become actors, involved, contribute directly to the activities in coastal areas TAD. The sampling method is proportional. Analysis conducted in this study is the analysis of the respondents to determine the level of public participation interest towards the utilization of coastal activities by using descriptive analysis, analysis of the factors that differentiate the level of community participation by using discriminant analysis, and analysis of coastal area management strategies by identifying the factors of strengths, weaknesses, opportunities and threats (SWOT) in the coastal area of TAD. The results showed that the utilization in the coastal of TAD having a high level of interest shown by the level of the effect of utilization of the economic activities of society, but the impact on coastal resources due to unsustainable use activities that pose a serious. The level of participation of beneficiary communities in the coastal area management is low that can be indicated by the involvement of community in the implementation and monitoring phase. The factors that differentiate the level of participation of coastal communities are the beneficiaries of education, perception, and revenues received, while the age factor does not play a significant role in distinguishing the level of public participation. Strategy is obtained by using the concept of co-management in which the public has sufficient authority in the management and accomandabed of the interests of the community in the management process.
Wilayah Teluk Ambon Dalam (TAD) merupakan wilayah pesisir dengan berbagai kegiatan seperti perikanan, industri, pelabuhan, dan ekonomi (pasar). Kompleksitas kegiatan pemanfaatan pesisir mendorong terjadinya degradasi kerusakan dan pencemaran pesisir. Kondisi ini mendorong perlunya peran serta masyarakat dalam pengelolaan wilayah pesisir. Penelitian dilakukan untuk menganalisa tingkat kepentingan masyarakat terhadap kegiatan pemanfaatan pesisir dan faktor-faktor yang membedakan tingkat peran serta masyarakat sehingga diketahui konsep model peran serta masyarakat pemanfaat pesisir dalam pengelolaan wilayah pesisir. Populasi penelitian adalah masyarakat yang tinggal di kawasan TAD yang memanfaatkan lahan pesisir secara teratur untuk kegiatan atau usahanya. Sampel yaitu individu yang menjadi pelaku, terlibat dan berperan secara langsung dalam kegiatan pemanfaatan di wilayah pesisir TAD. Penentuan sampel dengan cara proporsional. Analisis yang dilakukan dalam penelitian adalah analisis responden, untuk mengetahui tingkat kepentingan masyarakat terhadap kegiatan pemanfaatan pesisir dengan menggunakan analisis deskriptif, analisis faktor-faktor yang membedakan tingkat peran serta masyarakat dengan menggunakan analisis diskriminan, dan analisis strategi pengelolaan wilayah pesisir dengan mengidentifikasi faktor-faktor kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman (SWOT) pada wilayah pesisir TAD. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan pemanfaatan di pesisir TAD memiliki tingkat kepentingan yang tinggi yang ditunjukkan dengan besarnya pengaruh kegiatan pemanfaatan terhadap aktivitas ekonomi masyarakat. Dampak terhadap sumber daya pesisir akibat kegiatan pemanfaatan yang tidak berkelanjutan menjadi ancaman yang serius, sedangkan tingkat peran serta masyarakat pemanfaat pesisir dalam pengelolaan wilayah pesisir rendah, yang ditunjukkan dengan keterlibatan masyarakat pada tahap implementasi dan pemantauan. Faktor-faktor yang membedakan kelompok tingkat peran serta masyarakat pemanfaat pesisir adalah pendidikan, persepsi, dan pendapatan, sedangkan faktor umur tidak berperan signifikan dalam membedakan kelompok tingkat peran serta masyarakat. Strategi yang diperoleh yaitu menggunakan konsep pengelolaan wilayah pesisir berbasis masyarakat (co-management) dimana masyarakat memiliki kewenangan cukup dalam pengelolaan dan terakomodasinya kepentingan masyarakat dalam proses pengelolaan.
Downloads
References
Anonim. (2009). Monitoring teluk Ambon. Ambon: Balitbang Sumber daya Laut P3O LIPI.
Babo, N. R., & Froechlich, J. W. (1998). Community-based mangrove rehabilitation: A lesson learned from East Sinjai. South Sulawesi, Indonesia. Diakses pada tanggal 4 Agustus 2011, dari http.www.Glomis.com ().
Dahuri, R., Rais, J. Ginting, S.P., & Sitepu, M.J. (2004). Pengelolaan sumber daya wilayah pesisir dan lautan secara terpadu. Jakarta. PT. Pradnya Paramita.
Pelasula, D.D. (2009). Dampak perubahan lahan atas terhadap ekosistem teluk Ambon. Tesis magister yang tidak dipublikasikan. Universitas Pattimura, Ambon.
Saptorini. (2003). Persepsi dan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan konservasi hutan mangrove. Tesis magister yang tidak dipublikasikan. Universitas Diponogoro, Semarang.
Soerjani, R., Achmad, & Munir, R. (1987). Lingkungan sumber daya alam dan kependudukan dalam pembangunan. Jakarta: UI Press.
Sugiyono. (2002). Statistika untuk penelitian. Bandung: Ikatan Penerbit Indonesia.
Suratmo, F.G. (1995). Analisis mengenai dampak lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Wirawan, S. (1983). Teori-teori psikologi sosial. Jakarta: Rajawali.