PENGELOLAAN RAWA DI INDONESIA: ISU DESENTRALISASI, PARTISIPASI WARGA, DAN INSTRUMEN EKONOMI
Keywords: CCRR, decentralization, desentralisasi, economic instrument, Incentives, Insentif, instrumen ekonomi, melebihi regulasi, over-lapping regulation, rawa, swamp
Abstract
In the Indonesian context, many economic resources are conducted by the wrong actors, and this practice is more common in the activity of natural resource and environmental economic. One of a number of economic resources are swamp. Facts indicate that the regulations associated with swamp is overlap. The indication of the over-lapping of the regulation looks from the unclear whom institutions manage the swamp. This phenomenon then resulted continues decreasing quality of swamp in Indonesia. Seeing the empirical facts, the necessary number of tactical and systematic strategies are required on the spirit of decentralization. This paper elaborates a number of ideas that can be applied in swamp management in Indonesia. The main idea of this paper is needed an economic instrument that the actors (government, private and community) can be proactively pushed in swamp management in Indonesia. Economic instruments that can be applied is the incentive scheme and the formulation of Corporate-Community Resource Responsibility (CCRR) in each region.
Dalam konteks Indonesia, banyak sekali sumberdaya ekonomi dijalankan oleh pelaku yang keliru, dan praktik ini banyak terjadi pada aktivitas ekonomi sumberdaya alam dan lingkungan. Satu dari sejumlah sumberdaya ekonomi tersebut adalah situ/rawa. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa regulasi yang terkait dengan situ/rawa sangat tumpang-tindih. Indikasi ketumpang-tindihan itu terlihat dari tidak jelasnya institusi mana yang melakukan pengelolaan situ/rawa. Fenomena inilah yang kemudian mengakibatkan situ/rawa di Indonesia terus mengalami penurunan kualitas. Melihat fakta empirik yang ada, diperlukan sejumlah strategi taktis dan sistematis yang disesuaikan dengan semangat desentralisasi. Artikel ini mengelaborasi sejumlah gagasan yang dapat diterapkan dalam pengelolaan situ/rawa di Indonesia. Gagasan utama dari artikel ini adalah diperlukannya instrumen ekonomi agar pelaku/aktor (pemerintah, swasta dan masyarakat) dapat terdorong secara pro-aktif dalam pengelolaan situ/rawa di Indonesia. Instrumen ekonomi yang dapat diterapkan adalah skema insentif dan formulasi Corporate-Community Resource Responsibility(CCRR) pada setiap daerah yang terdapat situ/rawa di dalamnya.
Downloads
References
Alfarobi, D.E. (2002). Kajian kesesuaian kawasan situ babakan dan situ manggabolong sebagai perkampungan budaya betawi, diakses pada 8 Maret 2013 dari web http://eprints.undip.ac.id/5404/1/danielazka97.pdf,
Aradhita, D. (2011). Kajian sumberdaya perairan situ cikaret untuk pengembangan wisata di kelurahan cikaret kecamatan Cibinong, Bogor. Diakses pada 8 Maret 2013 dari werb http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51666/C11dar1_.pdf?sequence=1,
Bator, F.M. (1958). The anatomyof market failure, The quarterly journal of economics, vol. 72, Issue 3 (Aug, 1958),351-379.
Blowfield, M., & Frynas, J.G. (2005). Setting new agendas: Critical perspectives on corporate social responsibility in the developing world, International affairs, vol 81, 3 (2005), 499-513
Dahlman, C.J. (1979). The problem of externality. Journal of law and economics, vol. 22(1), (Apr, 1979), 141-162.
Damayanti, A. (2012). Telaga. Diakses pada 04 Juni 2014 dari werb staff.ui.ac.id/internal/.../TELAGADANAU.doc,
Fauzi, A. (2006) Ekonomi sumber daya alam dan lingkungan, teori dan aplikasi, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Kementerian Lingkungan Hidup. (2011). Pedoman CSR bidang lingkungan, Kementerian Lingkungan Hidup RI, Jakarta.
Noor, I. (2012). Politik otonomi daerah untuk penguatan NKRI, Asosiasi pemerintah kabupaten seluruh Indonesia (APKASI) & Profajar Jurnalism.
Noviadriana, D. (2012). Action plan penanganan situ-situ di kota Tangerang Selatan, Lokakarya Pengelolaan Situ Terpadu Kota Tangerang Selatan, 04 Desember 2012.
Osborne, D., & Gaebler, T. (1995). Reinventing government: Mewirausahakan birokrasi (edisi terjemahan), Penerbit PPM, Jakarta.
Ostrom, E. (1990). Governing the commons: the evolutions of institution for collective action, Cambridge University Press. Diakses pada 10 April 2013 dari web http://www.kuhlen.name/MATERIALIEN/eDok/governing_the_commons1.pdf,
Rahardjo, D. M. (2011). Nalar ekonomi politik Indonesia, IPB Press, Bogor
Rini, F. S. (2002). Kajian ekologi situ citayam, Depok Jawa Barat dalam upaya pelestarian dan peningkatan fungsi situ. Diakses pada 8 Maret 2013 dari web http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/28481/G02fsr.pdf?sequence=1,
Rustiadi, E., Saeful Hakim, S., dan Panuju, D.R. (2010). Perencanaan dan pengembangan wilayah, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta.
Setiawan, U. (2008) Dinamika reforma agraria di Indonesia setelah orde baru, dalam dua abad penguasaan tanah pola penguasaan tanah pertanian di Jawa dari masa ke masa, Gunawan Wiradi dan S.M.P Tjondronegoro (penyunting), Yayasan Obor Indonesia, Jakarta.
Soekarno, I., Natasaputra, S., dan Maulana, I., tanpa tahun, Situ Ciharus untuk Penyediaan Air Baku dan Potensi Mikrohidro di Kabupaten Bandung Selatan, Jawa Barat. Diakses pada 4 maret 2013 dari web http://www.ftsl.itb.ac.id/wp-content/uploads/2012/11/95010012-Ikbal-Maulana.pdf,
Soto, H. (2000). The mystery of capital: rahasia kejayaan kapitalisme barat. Penerbit Qalam, Yogyakarta.
Stavins, R. N. (2001). Experience with market-based environmental policy instruments, Discussion paper 01-58, Resource for the Future, Washington DC.
Suharto, E. (2008). Corporate social responsibility: What is and benefits for corporate? Makalah Seminar, Februari 2008.
Syahyuti. (20)