MODEL PERAN ANTAR KELEMBAGAAN DESA DALAM PENYEDIAAN AIR BAKU MELALUI PARADIGMA KEPEDULIAN AIR (Studi Kasus Desa Bendungan, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor)
Keywords: air baku, human resources quality, infrastructure, infrastruktur, raw water, socialization, sosialisasi, sumberdaya manusia
Abstract
Based on water balance and temporal water sufficiency analysis in Ciliwung Hulu watershed, it shows that Ciseuseupan sub watershed belongs toinsufficient water category. Of the 8 villages in the Ciseuseupan sub watershed, there is a Bendungan village that is not enough water category in the provision of raw water, because in the provision of raw water is still dependent on natural reliability such as rivers, springs, wells, and others. This research discusses insufficient water solutions at the village level with one of them is institutional analysis through concern of water paradigm. The method used is ISM (Interpretative Structural Model), with emphasis on 4 (four) elements structured in relation to the provision of raw water ie: (1) needs of the program, (2) the main obstacle, (3) purpose program, and (4) institutions involved in program implementation. Therefore, it is required an independent water provision expert, involving various parties. The purpose of this research is to build an institutional role model in the provision of concern of water paradigm. The results show that: to realize a new paradigm in the provision of raw water, the main constraint is quality of human resources (village officials, communities, and NGOs), which must be resolved first, so that they can participate together to build the infrastructure by adequate socialization.
Berdasarkan analisis neraca air dan ketercukupan air temporal DAS Ciliwung Hulu menunjukkan bahwa Sub DAS Ciseuseupan termasuk ke dalam kategori kurang cukup air dalam penyediaan air baku. Dari delapan desa yang ada di Sub DAS tersebut, Desa Bendungan merupakan salah satu desa yang ketercukupan airnya termasuk dalam kategori tidak cukup, sebab dalam penyediaan airnya masih mengandalkan alam, seperti sungai, air tanah melalui sumur, mata air, dan lain-lain. Penelitian ini menjelaskan solusi ketidak cukupan di tingkat desa, dimana salah satunya adalah dengan analisis peran antar kelembagaan melalui paradigma kepedulian air. Metode yang digunakan adalah ISM (Interpretative Structural Model), yang menekankan pada empat elemen yang berhubungan dengan penyediaan air baku, yaitu: (1) kebutuhan program, (2) kendala utama, (3) tujuan program, dan (4) lembaga yang terkait dengan program. Oleh karena itu, diperlukan ahli penyediaan air mandiri, yang melibatkan berbagai pihak. Tujuan dari penelitian ini adalah membangun struktur model kelembagaan penyediaan air baku melalui paradigma kepedulian air. Hasil analisis menunjukkan bahwa: untuk merealisasikan paradigma baru di dalam penyediaan air baku,kendala utamanya adalah kualitas sumber daya manusia (aparat desa, masyarakat, dan LSM) yang harus diatasi terlebih dahulu agar mereka dapat berpartisipasi bersama-sama untuk membangun infrastruktur air melalui sosialisasi yang memadai.
Downloads
References
Badan Perencana Pembangunan Daerah. (2005). Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bogor 2005–2025. Bogor: Bappeda Kabupaten Bogor.
Badan Pusat Statistik (BPS). (2015). Kecamatan Ciawi Dalam Angka. 2014. Bogor: Badan Pusat Statristik Kabupaten Bogor.
Dunn W.N. (2003). Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta: Gadjahmada University Press.
Eriyanto & Sofyar, F. (2007). Riset kebijakan metode penelitian untuk Pasca Sarjana. Bogor:IPB Press.
Marimin. (2004). Teknik dan aplikasi pengambilan keputusan kriteria majemuk. Jakarta:Gramedia Widiasarana Indonesia.
Marpaung, R. (2011). Model pengelolaan air baku air minum berbasis Daerah Aliran Sungai, Studi Kasus DAS Babon Semarang. (Desertasi). Sekolah Pasca Sarjana IPB.
Mirah, D.A. (2014). Penetapan elemen kunci pengembangan agroindustri peternakan dengan Interpretative Structural Modelling (ISM). Zootek Journal, 34 (2), 30-138.
Nuraini,C., Dwidjon,H.D., Masyuri, & Jamhari. (2016).Model kelembagaan pada agribisnis padi organic Kabupaten Tasikmalaya. Jurnal Agraris, 2 (1), 9-16.
Purwakusuma, W., Baskoro, T.D.P., & Sinukaban, N. (2011). Mengatasi Krisis Air di Desa, dalam buku Menuju Desa 2030. Yogyakarta:Pohon Cahaya.
Sianipar,M. (2012).Penerapan Intrepretative Structural Modeling (ISM) dalam penentuan elemen pelaku dalam pengembangan kelembagaan sistem bagi hasil petani kopi dan agroindustri kopi. Jurnal Agrointek, 6 (1),8-15.
Susanto, A. (2010). Strategi kebijakan pemanfaatan air tanah sebagai sumber air bersih di Kota Semarang yang berkelanjutan. (Tesis). Sekolah Pasca Sarjana IPB
Thamrin. (2009). Model pengembangan kawasan agropilitan secara berkelanjutan di wilayah perbatasan Kalimantan Barat (Studi Kasus Wilayah Perbatasan Kabupaten Bengkayang-Sarawak). (Desertasi). Sekolah Pasca Sarjana IPB.
Undang-Undang No. 6 tahun 2014 tentang Desa. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 7.