PENGEMBANGAN MODEL KURIKULUM SEKOLAH INKLUSI BERDASARKAN KEBUTUHAN PERSEORANGAN ANAK DIDIK
Keywords: curriculum model, inclusion school, model kurikulum, sekolah inklusi, siswa berkebutuhan khusus, students with special needs
Abstract
The purpose of this study is to establish the empirical validity of the curriculum model for children with special needs (ABK). The data collection is carried out using interviews, documentation, and observation, involving teachers, students, and school principals. The data analysis technique uses descriptive qualitative. The results show that in general teachers and principals considered the curriculum model developed to be relevant and applicable, containing basic competencies that were appropriate to the ability levels of students with special needs; for mild ABK who had minimal learning constraints, the number of basic competencies is less 21,1% than in the regular curriculum; whereas for ABK with a moderate level of difficulty, the number of basic competencies in the new curriculum is 37,3% less than the regular curriculum, and this group of students needs maximum support from others. The guidebook for the new curriculum in general is also considered easy to understand, well-written, and the appearance is sufficient. Thus it can be used as an alternative curriculum for use by a wider audience.
Tujuan penelitian ini ialah untuk menetapkan validitas empiris model kurikulum untuk anak-anak dengan kebutuhan khusus (ABK). Pengumpulan data dilaksanakan melalui wawancara, dokumentasi serta observasi, melibatkan guru, murid dan kepala sekolah. Teknik analisis data menggunakan deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada umumnya guru dan kepala sekolah menilai model kurikulum yang dikembangkan sudah relevan dan dapat diterapakan, karena memuat kompetensi dasar yang sesuai dengan tingkat kemampuan siswa-siswa berkebutuhan khusus, bagi ABK ringan yang mempunyai kendala minimal dalam belajar, kompetensi dasar menyusut 21,1%. Sedangkan ABK dengan tingkat kesulitan sedang, kompetensi dasar dalam kurikuum menyusut 37,3%, dan kelompok siswa ini membutuhka ndukungan orang lain yang lebih maksimal. Adapun buku pedoman yang dikembangkan secara umum dinilai mudah dipahami, dan dari segi fomat penulisan dan wujud sudah memadai. Dengan demikian dapat dijadikan sebagai alternatif kurikulum untuk digunakan oleh kalangan yang lebih luas.
Downloads
References
Borg, W. R. & Gall, M. D. (2003). Educational research: An introduction (7th ed.). New York: Longman, Inc.
Budiyanto. (2005). Pengantar pendidikan inklusi berbasis budaya lokal. Jakarta: Prenadamedia Grup.
Emawati, (2008). Mengenal lebih jauh sekolah inklusi. Pedagogik Jurnal Pendidikan, 5(1), 25-35.
Friend, Marilyn & Bursuck, D William. (2015). Menuju pendidikan inklusi. Yogjakarta: Pustaka Pelajar.
Hermanto. (2010). Penyelenggaraan pendidikan inklusif membutuhkan keseriusan manajemen sekolah. Jurnal Pendidikan Khusus, 6(1), 65-82.
Kadir, Abd. (2015). Penyelenggaraan sekolah inklusi di Indonesia.Jurnal Pendidikan Agama Islam, 3(1), 1-22.
Salim, Abdul & Yusuf, Munawir. (2009). Pendidikan anak berkebutuhan khusus secara inklusif. Surakarta: Yuma Pustaka.
Skjorten, MD. (2001). Towards inclusion and enrichment, Artikel in Johnsen. Oslo: Unipubforlag.
Stainback, W. & Sianback, S. (1990). Support networks for inclusive schooling: Independent integrated education. Baltimore: Brookes Publishing.
Sugiyono. (2017). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R & D. Cetakan 23. Bandung: Alfabeta CV.
Sunardi. (2005). Kecenderungan dalam pendidikan luar biasa. Jakarta: Depdikbud.
Vaughn. Bos & Schumm. (2000). Adaptive mainstreaming. NY: John Wile.